Proses Belajar Dan Berpikir


          Hal ini sering menjadi tujuan utama orang dalam hidupnya, apa lagi jika bukan untuk terus belajar dan berpikir. Dalam artikel ini kami akan mengulas mengenai proses belajar dan berpikir. langsung saja kita simak artikel mengenai proses belajar dan berpikir berikut.

          Kita contohkan dari seorang anak yang mendapat sebuah hadiah sepatu roda dari ayahnya. ketika si anak mencoba sepatu roda-nya dan menemukan reaksi-reaksi atas rangsangan - rangsangan yang ditimbulkan oleh sepatu roda tersebut. Lama - lama reaksi -reaksi itu akan semakin teratur dan pada suatu saat dia akan bisa menguasai sepatu roda tersebut. Anak yang tadinya tidak bisa naik sepatu roda, sekarang  jadi bisa naik sepatu roda. Ini adalah contoh proses belajar. Jadi belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku telah ditimbulkan, diubah atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi ( rangsangan ) yang terjadi. Dan perlu diketahui, bahwa proses belajar tidak hanya meliputi perilaku motorik, tetapi juga berpikir dan emosi. Belajar bahasa inggris misalnya, itu merupakan proses belajar dan berpikir dan belajar motorik.

          Seperti hukum Gesalt bahwa manusia berpikir secara menyeluruh, maka proses belajar yang terutama melibatkan proses berpikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secara keseluruhan, baru kedetail atau bagian - bagiannya. Tetapi dalam belajar yang melibatkan aktivitas motorik harus dimulai dari detainya dahulu, selanjutnya digabungkan menjadi ketrampilan yang menyeluruh.

          Dalam proses belajar yang melibatkan berpikir, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dari belajar itu :


  1. Waktu istirahat : Kalau sedang mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak atau proses yang panjang, dan dilakukan sebagian - sebagian, perlu disediakan waktu - waktu tertentu untuk beristirahat. Pada waktu istirahat tersebut sebaiknya jangan melakukan kegiatan yang terkait dengan hal yang dipelajari tersebut agar ada waktu untuk mengendapkan apa yang dipelajari tadi ke ingatan kita. hal itu juga untuk menghindari kejenuhan otak sehingga proses belajar yang sudah dilakukan menjadi efektif.
  2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh : Dalam mempelajari sesuatu akan lebih baik jika kita mempelajari materi atau bahan yang ada terlebih dahulu secara keseluruhan, baru setelah itu mempelajari dengan seksama bagian - bagian detailnya. Tetapi jika kesulitan dalam mempelajari materi dan bahan secara keseluruhan sekaligus, anda bisa membagi itu ke dalam bagian - bagian atau sub-sub bagian, lalu jika sudah mengerti bisa anda satukan kembali kedalam bagian keseluruhan. Dalam kaitan pendidikan, prinsip pengatahuan materi secara menyeluruh ini diterapkan dengan memberitahukan kepada siswa pada awal proses belajar mengajar.
  3. Pemahaman terhadap materi yang dipelajari : Kalau kita mempelajari sesuatu tanpa pemahaman, maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya ; dua orang disuruh menghafal sebuah puisi bahasa inggris. Orang pertama mengerti bahasa inggris dan orang kedua tidak mengerti bahasa inggris, akibat yang ditimbulkan adalah puisi tersebut akan lebih cepat dihafalkan oleh orang pertama yang mengerti bahasa inggris.
  4. Pengetahuan akan prestasi sendiri : Jika tiap kali kita dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri, dalam artian mengetahui mana yang masih salah dan mana yang sudah benar, maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan - kesalahan itu dari pada kalau kita harus merabah - rabah terus. Pengetahuan akan prestasi sendiri mempercepat dan mempermudah kita dalam mempelajari sesuatu.
  5. Transfer : Pengetahuan kita akan hal - hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, bisa mempengaruhi proses belajar. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer bisa bersifat positif, kalau hasil belajar masa lalu mempermudah proses belajar sekarang, tetapi bisa bersifat negatif kalau hasil belajar yang sebelumnya justru menyulitkan proses belajar yang sekarang.
          Selanjutnya, proses berpikir itu sendiri dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu berpikir asosiatif dan berpikir terarah.

  • Berpikir asosiatif. 
          proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide - ide lain. jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide - ide itu timbul terasosiasi dengan ide sebelumnya secara tiba - tiba. Jenis - jenis berfikir asosiatif adalah :
  1. Asosiasi bebas : Satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misal ; kita punya ide tentang makanan, ide ini dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran,dapur,sumbangan makanan ke anak yatim, dll.
  2. Asosiasi terkontrol : Satu ide tertentu akan menimbulkan ide tertentu mengenai hal lain dalam batas - batas tertentu saja. Misal : Ide membeli motor, akan merangsang ide tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya. Tapi tidak merangsang ide lainnya seperti peraturan lalulintas, polisi lalu lintas, dll.
  3. Melamun : Menghayal bebas tanpa batas juga mengenai hal - hal yang tidak realistis. Misal : berkhayal jadi orang kaya, jadi superman, atau jadi apalah yang aneh - aneh. 
  4. Mimpi : Ide - ide tentang berbagai hal yang timbul tanpa disadari pada waktu tidur. Mimpi terkadang masih diingat, juga terkadang terlupakan pada saat bangun tidur. Mimpi bisa saja merupakan kilas balik kejadian masalalu, tapi juga bisa saja harapan - harapan yang belum terwujud, atau bahkan terkadang tak bermakna sama sekali. Sigmund freud menilai bahwa mimpi saangat penting sekali karena merupakan dorongan dari alam bawah sadar yang tidak muncul di alam sadar karena dilarang oleh " super-ego" bahkan freud suka menggali mimpi - mimpi pasiennya untuk dianalisis dengan teknik " analisis mimpi ".
  5. Berpikir artistik : Merupakan proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Hal ini sering dilakukan para seniman ketika menciptakan karya seninya. 
  • Berpikir terarah.
          Ini adalah jenis berpikir yang lain, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu persoalan. Proses berpikir seperti ini juga disebut sebagai berpikir konvergen.

Penggunaan Simbol Dalam Berpikir.

          Proses berpikir selalu menggunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal di lingkungan luar, ataupun yang ada pada diri kita sendiri dalam alam pikiran kita. Kata " buku " adalah simbol yang mengartikan tumpukan kertas yang disusun menjadi satu. Orang yang pandai,berpengalaman, banyak membaca atau bergaul, mempunyai lebih banyak kosa kata yang disimpan dalam memory-nya.

          Selain kata - kata, bentuk - bentuk simbol yang digunakan oleh manusia adalah angka - angka, simbol - simbol matematika, simbol tanda lalulintas, not musik, mata uang, dll. Simbol adalah suatu lambang yang digunakan manusia sesuai kesepakatan bersama yang disebut kebudayaan, dianggap mewakili suatu hal tertentu.

Strategi berpikir.

          Telah dikatakan bahwa berpikir terarah diperlukan dalam pemecahan persoalan - persoalan. Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran pada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua strategi umum dalam memecahkan persoalan yaitu : 

  • Strategi menyeluruh : Disini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam kerangka keseluruhan itu.
  • Strategi detailistis : Disini persolan dibagi - bagi dalam bagian - bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi bagian.
          Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat terlihat hal - hal yang sama pada beberapa bagian sehingga dapat diatasi sekaligus. Dengan demikian cara ini lebih efisien dan cepat, dan terutama berguna saat waktunya terbatas.

          Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh : 

  1. Set : Cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan peda persoalan - persoalan yang berikutnya. Pola yang sama untuk memecahkan persoalan yang berbeda disebut set. Seperti yang sudah dikatakan diatas, tidak semua persoalan bisa dipecahkan dengan set yang sudah terbentuk. Dalam hal ini akan timbul kesulitan - kesulitan, terutama jika orang yang bersangkutan tidak mau mengubah set-nya.
  2. Sempitnya pandangan : Seringkali dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena dia tidak bisa melihat jalan keluar yang lainnya. Dalam psikologi sosial, ada yang dinamakan "group think", yaitu suatu proses berpikir yang sudah demikian diyakini oleh suatu kelompok tertentu sebagai suatu pandangan atau cara yang terbaik sehingga mereka tidak memerlukan pandangan atau cara lain.

          Demikian yang bisa kami bagi mengenai proses belajar dan berpikir, jika ada kekurangan mohon di tambahkan di kotak komentar yang sudah kami sediakan. 

Baca juga :

0 comments:

Posting Komentar